Membayar belanjaan dengan kartu debit dan kartu kredit kini banyak dilakukan, baik untuk transksi virtual maupun aktual. Ada pula yang memanfaatkan pembayaran melalui uang digital.
Sebagian orang memilih bertransaksi dengan kartu debit karena langsung memotong saldo rekening mereka. Ada pula yang bertransaksi dengan kartu kredit karena ingin mendapatkan manfaat, semisal diskon, poin, dan sejenisnya. Dari metode pembayaran dengan kartu debit dan kartu kredit, manakah yang lebih aman?
Mengutip keterangan tertulis Kaspersky, idealnya gunakan kartu kredit saat berbelanja ketimbang kartu debit. Meski begitu, bukan berarti kartu kredit lebih aman daripada kartu debit. Apabila ada transaksi berbahaya yang melibatkan kartu kredit Anda, maka bank punya cara mitigasinya.
Bank memiliki skema asuransi dan masa tenggang yang memungkinkan nasabah memperingatkan mereka apabila menemukan transaksi mencurigakan. Nasabah juga tidak perlu membayar hingga penyelidikan bank selesai. Sebab itu, pastikan selalu mengawasi saldo kartu kredit, daftar transaksi terbaru, dan mengaktifkan notifikasi transaksi.
“Berbagai insiden pencurian data dan pelanggaran yang terjadi menjadi peringatan bagi kita untuk menjaga data keuangan dengan lebih aman dan bertanggung jawab,” kata Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky pada Senin, 8 November 2021. “Semakin banyak data yang dibagikan dan disimpan secara online, maka semakin tinggi pula risiko keamanannya.”
Adapun transaksi pada kartu debit, uang yang digunakan untuk bertransaksi akan ditarik langsung dari rekening Anda. Artinya, Anda otomatis kehilangan uang. Dan untuk mendapatkannya kembali, biasanya membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan kartu kredit.
Riset Kaspersky menunjukkan tiga dari lima orang yang aktif menggunakan internet di Asia Tenggara telah mengubah kebiasaan belanja aktual menjadi belanja online selama pandemi Covid-19. Terlebih saat ada pesta diskon atau promo dalam periode tertentu.