Carina Joe, orang Indonesia yang ikut memegang paten Vaksin Covid-19 AstraZeneca, mengungkap perpanjangan kontrak kerja yang diterimanya sebagai post-doc di Institut Jenner, University of Oxford, Inggris. Perempuan berusia 32 tahun itu mengakui perpanjangan kontrak selama tiga tahun ke depan lebih untuk kepentingan pengembangan vaksin Astrazeneca.
Seperti diketahui, kontrak awal kerjanya di Institut Jenner, dua tahun lalu, adalah memegang proyek optimasi manufaktur vaksin rabies untuk persiapan uji klinis di Inggris Raya dan Tanzania. Carina memiliki keahlian dan pengalaman dalam manufacturing lab scale vaksin viral vector—teknik pembuatan vaksin yang juga dikembangkan di Oxford.
Dalam proses produksi vaksin Covid-19 AstraZeneca—yang kemudian mendominasi pekerjaan di Institut Jenner sepanjang tahun lalu, perannya adalah membuatkan proses untuk nantinya digunakan perbanyakan bibit vaksin itu di laboratorium yang lain, yang sesuai klasifikasi produksi vaksin.
“Yang saya buat tidak untuk disuntikkan ke manusia, tapi prosesnya ditranfer ke laboratorium-laboratorium lain yang akan memproduksinya, mereka akan mengadopsi proses tersebut,” katanya menjelaskan dalam wawancara daring dengan tim Tempo, Kamis malam waktu Indonesia, 5 Agustus 2021.
Carina membenarkan saat disebutkan apa yang dilakukannya semacam menyediakan template untuk perbanyakan bibit vaksin AstraZeneca. “Bagaimana perbanyakan itu dilakukan, kapan pemanenannya, pemurniannya seperti apa,” katanya memberi ilustrasi apa yang dikerjakannya untuk menyiapkan proses yang akan diadopsi tersebut.
Seperti yang pernah dijelaskan dalam kesempatan wawancara sebelumnya, penyuka scienfe fiction Lord of the Rings juga Harry Potter ini mengatakan kalau dia terlibat hanya dalam satu dari sejumlah tahapan produksi vaksin AstraZeneca. Sebagai gambaran, untuk pengembangan vaksin Covid-19 yang terbaru dan sedang diuji oleh Oxford dan AstraZeneca saat ini, AZD2816, Carina belum terlibat di dalamnya hingga sampai ke kebutuhan perbanyakan bibit vaksinnya nanti.
Itu sebabnya kalaupun dirinya dan juga Indra Rudiansyah—mahasiswa Indonesia yang sedang program doKtoral di Institut Jenner dan sama terlibat dalam tim vaksin AstraZeneca–diminta pulang ke tanah air, dia mengatakan tak akan mampu mengembangkan vaksin sendiri. “Perlu tim yang besar seperti di Institut Jenner di sini,” katanya sambil menambahkan baik dirinya maupun Indra juga sedang belajar.
Carina Joe, yang selama tujuh tahun sebelumnya bekerja sebagai post doc di laboratorium CSIRO Australia, berterus terang buta kemampuan pengembangan Vaksin Merah Putih di tanah air. “Saya hanya tahu dari Indra karena dia kan bekerja di Bio Farma,” katanya.